Self-compacting Concrete (SCC) dapat
didefinisikan sebagai suatu jenis beton yang dapat dituang, mengalir dan
menjadi padat dengan memanfaatkan berat sendiri, tanpa memerlukan proses
pemadatan dengan getaran atau metode lainnya, selain itu beton segar jenis self
compacting concrete bersifat kohesif dan dapat dikerjakan tanpa terjadi
segregasi atau bleeding. Beton jenis ini lazim digunakan untuk pekerjaan
beton pada bagian struktur yang sulit dijangkau dan dapat menghasilkan struktur
dengan kualitas yang baik.
Perilaku kuat lekat tulangan pada self-compacting
concrete lebih baik jika dibandingkan dengan lekatan tulangan pada beton
normal (Dehn dkk, 2000). Hasil ini sesuai dengan kesimpulan yang disampaikan
oleh Fu dan Chung (1997) bahwa kuat lekat beton sangat dipengaruhi oleh daya
alir beton segar, semakin tinggi faktor air semen akan meningkatkan kelecakan
dan daya alir beton segar sehingga beton dapat menyelimuti permukaan tulangan
secara sempurna. Beton bertulang dapat berfungsi sebagai bahan komposit dengan
baik jika batang baja tulangan saling bekerja sama sepenuhnya dengan beton,
maka perlu diusahakan supaya terjadi penyaluran gaya yang baik dari satu bahan
ke bahan yang lain. Untuk menjamin hal ini diperlukan adanya lekatan yang baik
antara baja dengan tulangan dan penutup beton yang cukup tebal. Agar batang
tulangan dapat menyalurkan gaya sepenuhnya melalui lekatan, baja harus tertanam
hingga suatu kedalaman tertentu yang dinyatakan dengan panjang penyaluran (ld).
Total gaya angker (gaya yang ditahan
oleh lekatan antara baja tulangan dan beton di sekelilingnya, tepat sebelum
baja terlepas dari beton) harus sama dengan gaya maksimum (gaya yang dapat
ditahan oleh tulangan sebagai fungsi dari kuat tarik dan luas penampang), yang
dapat dirumuskan pada persamaan 1.
ld . (πᴓ) fb
= (1/4 π ᴓ2) . fy
di mana;
ld = panjang penyaluran (mm).
á´“ =
diamter tulangan (mm)
fy =
tegangan leleh baja (Mpa)
fb
= kuat lekat beton yang diijinkan (Mpa)
Lekatan antara beton dengan baja tulangan dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Hasil pengujian metode pull-out test menunjukkan
lekatan antara beton dengan baja tulangan dipengaruhi oleh kuat tekan dan kuat
tarik beton, susut dan gejala bleeding pada beton, faktor air semen,
kelecakan dan flowability beton segar serta diameter dan bentuk
permukaan tulangan. Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi hasil uji lekatan
antara lain ukuran benda uji, posisi baja tulangan, arah penuangan beton maupun
kondisi perawatan benda uji (Almeida, 1996).
Adukan beton dalam penelitian biasanya menggunakan portland semen tipe I merk Semen
Gresik, silica fume dengan merk dagang Sikacrete-W dan high range
water reducer berbasis polycarboxylate merk Sika
Viscocrete-5. Agregat kasar yang digunakan berupa batu pecah well graded
dengan ukuran maksimum 20 mm dan nilai modulus halus butiran 6,56,
sedangkan pasir Kali Progo bergradasi agak kasar dengan modulus halus butiran
2,70 digunakan sebagai Agregat halus. Tulangan yang digunakan berupa tulangan
ulir berdiameter 16 mm dengan tegangan leleh 5701,42 kg/cm2. Peralatan berupa slump
cone, flow-table test dan U-Type Test digunakan untuk menguji sifat
(workability, flowability dan filling-ability) beton
segar, sedangkan universal testing machine digunakan pada uji kuat lekat
tulangan
Pencampuran beton dilakukan di dalam concrete mixer. Agregat kasar dan pasir dalam kondisi SSD,
semen dan silica fume ditimbang lalu dimasukkan ke dalam mixer, selanjutnya air dan polycarboxylate ditakar sesuai dengan
kebutuhan, kemudian mixer mulai diputar sambil menambahkan air. Polycarboxylate yang telah disiapkan dicampur dalam air dan
ditambahkan ke dalam campuran setelah mixer diputar
selama kurang lebih dua menit, pengadukan ini dilakukan selama tiga menit.
Pengujian beton segar yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi slump
test mengacu standar ASTM C 143-78 untuk mengetahui tingkat kelecakan (workability).
Flow-table test untuk menguji daya alir (flowablity) beton segar
mengacu pada standar BS-1881 dan self compactibility beton segar
diukur dengan metode U-Type Test yang diusulkan Taisei Group di Jepang
(Ouchi, 2000) dan NIST (Ferraris, 1999). Jika Beton tersebut dapat
mengisi ketinggian bejana (filling-capability) mencapai 70% dari
kemungkinan keseimbangan pada bejana (24 cm), maka dapat dikategorikan
sebagai beton jenis self-compacting concrete (Ferraris dkk, 2000).
Gambar 2 . Penuangan Beton
Segar dengan Pemodelan Sistem Tremie
Beton segar dituangkan ke dalam cetakan yang telah
terendam di dalam air dengan pemodelan tremie method, pada bagian dasar pipa diberikan penutup plastik untuk mencegah masuknya
air ke dalam pipa selama penuangan. Pelaksanaan penuangan beton segar
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 3. Sketsa
Pelaksanaan Uji Kuat Lekat Tulangan
Gambar 4. Detail Benda
Kuat Uji Kuat Lekat Tulangan
Gambar 3 dan 4 menunjukkan cara pengujian
kekuatan lekat antara baja tulangan dengan beton dilakukan berdasarkan SNI :
03-4809-1998 tentang metode pengujian untuk membandingkan kuat lekat antara
beton dengan tulangan, ASTM dalam Almeida (1996) dan RILEM dalam Dehn dkk
(2000). Pullout test dilakukan pada benda uji yang telah mencapai
umur rencana dengan menggunakan universal testing machine. Kecepatan penambahan beban maksimum 22
kN/menit dan pembacaan dilakukan setiap 15 detik, kemudian dihentikan bila
dicapai titik leleh batang tulangan, beton penutup pecah atau tulangan telah
bergeser minimum 2,5 mm. Analisis kuat lekat baja tulangan dengan beton
dihitung dengan Persamaan 2.
Uav =
Plolos (2)
Ï€.d.l
dimana , Uav = Kuat Lekat Tulangan (MPa)
Plolos = Beban Lolos (kN)
d = Diameter Tulangan
l = Panjang Tulangan yang ditanam
dipostkan oleh : Ade Ayu Yulia S.L , 3112030081
dipostkan oleh : Ade Ayu Yulia S.L , 3112030081
Pertama: tolong dibuatkan ringkasan karya tulis anda ini, oh ya karya tulis ini menyadur atau menulis sendir, kalau menyadur harus ditulis sumber saduran.
BalasHapusKedua: selain itu, judul dengan uraian yang anda rinci teridentifikasi bahwa jenis beton yang anda jadikan tema tidak terbaca di judul ini yaitu beton Self-compacting Concrete (SCC)dan juga tolong diberi uraian sekilas apa itu polycarboxylate dan hubungannya dengan SCC.
Ketiga: Tolong diberi penjelasan data penelitian ini bisa dibahas dengan materi statistika yang anda peroleh sampai minggu ini?
Jawaban:
BalasHapusKedua :
Polycarboxylate merupakan bahan kimia yang tercampur dalam semen dimana semen digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton.
dan hubungannya dengan SCC:
Pengertian Self-compacting Concrete (SCC) dapat didefinisikan sebagai suatu jenis beton yang dapat dituang, mengalir dan menjadi padat dengan memanfaatkan berat sendiri, tanpa memerlukan proses pemadatan dengan getaran atau metode lainnya, selain itu beton segar jenis self-compacting concrete bersifat kohesif dan dapat dikerjakan tanpa terjadi segregasi atau bleeding.
Sehingga hubungannya SCC dengan polycarboxylate terletak pada daya pengikatnya sehingga beton yang dibuat mempunyai nilai kekuatan yang di inginkan.
Ketiga :
Data Penelitian :
dapat dilihat pada tabel Rancangan Campuran Adukan Beton dimana yang menjadi variabel bebas (x) adalah polycarboxylate dan yang menjadi variabel terikat (y) adalah material Air,Semen dan lain-lain sehingga bisa dihitung rata-rata, Standart Deviasinya.
jawaban
BalasHapuspertama :
Hasil pengujian kuat lekat tulangan menunjukkan penambahan polycarboxylate
dapat meningkatkan kuat lekat tulangan beton di bawah air. Hal ini dimungkinkan karena polycarboxylate dapat meningkatkan workability, flowability dan selfcompactibility pada beton segar sehingga beton menjadi mudah mengalir untuk mengisi ruangan yang kosong dan membuat beton lebih padat. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fu dan Chung (1997) pada beton normal, yang menyatakan bahwa kuat lekat tulangan dapat meningkat sejalan dengan penambahan nilai faktor air semen, karena semakin tinggi nilai faktor air semen
dapat meningkatkan daya alir beton segar untuk mengisi celah-celah yang ada di sekeliling baja tulangan sehingga terjadi lekatan yang lebih sempurna antara beton dengan tulangan.
Kuat tekan beton di bawah air juga dapat ditingkatkan sejalan dengan penambahan polycarboxylate. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena polycarboxylate berfungsi untuk mendispersikan partikel semen menjadi merata dan memisahkan menjadi partikel-partikel yang halus sehingga workability, flowability dan self-compactibility beton segar meningkat dan reaksi pembentukan C-S-H (tobermorite) akan lebih merata dan aktif serta beton segar menjadi dapat mengalir dan memadat dengan mengandalkan berat sendiri dan kekuatan tekan beton meningkat. Secara visual juga dapat diamati beton yang menggunakan polycarboxylate kurang dari 0,6% berat binder terlihat keropos (honey-combing).
sumber : google-Jurnal Kuat Lekat Tulangan_Bawah Air.pdf
BalasHapusBagus dan luar biasa
BalasHapusterima kasih pak
HapusBelajar lebih baik lagi agar bisa memanfaatkan statistik untuk penelitian di teknik sipil.
BalasHapus